Wednesday, August 19, 2015

HALLELUJAH

Hasil berselancar di Youtube membawa saya kepada klip film Shrek. (Just for your information, saya hanya suka nonton film yang realistic. Drama, true story or whatever that is related to daily life, bukan film “khayal”.  Science fiction atau film animasi atau film tokoh – tokoh Marvel sama sekali bukan film favorite saya, apalagi Shrek, kecuali Anda butuh teman menonton film film semacam itu, for the sake of friendship, saya akan bersedia duduk (mungkin tertidur) disamping Anda selama Anda nonton ha ha haaa …)


Klip tiba di bagian dimana putri Fiona mengepas baju pengantin dengan ekspresi wajah tertekan.  Adegan itu dilatari sebuah lagu yang dilantunkan dengan gaya sendu diseret-seret. Kegetiran putri Fiona bertambah menusuk dengan latar belakang lagu itu. Waktu itu saya ngga tahu liriknya. Bahasa Inggris saya ngga kelewat jelek juga sih, tapi ketika lagu itu dibawakan secara setengah menggumam, saya musti benar – benar pasang kuping dan menyimak, bahkan sempat membayangkan, vokalisnya menyanyi dengan sebatang cerutu digigit di antara geraham, yang saya tangkap hanya ada kata “Halleluya”


Naah, lagu inilah yang bikin saya “mendadak cinta” dan ingin saya share pemikiran saya tentang itu. Biasalah, kalau lagi suka banget dengan sesuatu saya pasti akan berusaha mencari tahu lebih dalam (alias kepo). Saya bukan penulis lagu, bukan musician plus ngga pernah belajar musik, dan ngga ngerti teori musik Saya hanya terbius oleh lagu ini dan menyanyikan-nya (mungkin) sudah ratusan kali (dikamar saya, tentunya)! Tapi jika Anda mau, saya akan dengan senang hati alias girang banget menyanyikan lagu ini utk Anda. Percayalah, suara saya ngga jelek jelek amat. Jadi, apa yang saya tulis disini adalah hasil penelusuran saya plus penalaran a la kadarnya ditambah daya khayal saya yang kadang agak kebablasan … ha ha haaaa


Saya terdorong untuk mencari si soundtrack dan informasinya karena beberapa hari kemudian, lagu itu “mendadak dangdut” berdendang-dendang sendiri di kepala saya. Dan seperti biasa, setelah menyimak (puluhan kali) di Youtube, saya search di Wikipedia yang tentu saja “memuntahkan” informasi yang cukup lengkap ditambah beberapa blog yang berkontribusi hingga saya mendapat informasi (hampir lengkap) tentang lagu itu. Judul lagu itu adalah ”Hallelujah”. Penulisnya orang Kanada, Leonard Cohen, yang merilis lagu itu pada tahun 1984. Lagu yang di film Shrek 1 merupakan cover version, dinyanyikan oleh John Cale. Ternyata, sudah banyak artis yang membawakan lagu tersebut, baik untuk rekaman maupun konser.


Melihat sepintas dari judulnya orang akan mengira ini lagu rohani Kristen. Meskipun mengambil judul istilah religius, "Hallelujah" - terpujilah Tuhan - lagu ini tidak menyanyikan tentang pujian bagi Tuhan melainkan bicara seputar hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan, pengkhianatan, perselingkuhan dan perzinahan. Jadi meskipun warna musiknya merupakan gabungan waltz dan gospel (lagu gereja pada umumnya gereja protestant) lagu ini lebih sebagai lagu cinta ketimbang lagu rohani.


Berbeda dengan “Hallelujah” karya George Frederic Handel (23 February 1685 – 14 April 1759) yang teramat agung, lagu Hallelujah karya Cohen ini lebih merupakan karya satiris. Memang enak didengar, tapi sebenarnya isinya agak-agak vulgar. Setelah membaca liriknya, alis saya kembali terangkat. Persis seperti yang dituangkan dalam Wikipedia, lagu ini merujuk kepada kisah di Alkitab - Perjanjian Lama untuk dijadikan simbolisasi ide lagu. Lagu ini berlandaskan kisah raja Daud (David, in English). salah seorang penulis kitab Mazmur atau puji-pujian untuk Allah.


Kisah lainnya yang kontroversial adalah keinginan Daud untuk –memperistri- istri orang lain. Kalau pernah denger lagu ”Mad About You”nya Sting (”…It would make a prison of my life, if you become another’s wife”… ). Nah, kurang lebih seperti itulah kisah raja Daud dan kisah ini tertulis di Alkitab di 2 Samuel 11 - 12


Jadi ceritanya, pada suatu petang, raja Daud berjalan-jalan di atap istananya. Entah bagaimana desain rumah saat itu dan berapa sih jaraknya antara satu bangunan dengan bangunan lainnya, akan tetapi dari atap itu, sang penguasa tersebut dapat mengintip ke rumah tetangga. Raja melihat seorang perempuan yang sangat elok rupanya sedang mandi (jadi ingat kisah Jaka Tarub? Ya, pelecehan semacam itu sudah ada dari dulu).


Tanpa takut dengan ancaman matanya bakal bintitan karena ngintip, raja malah “kepo” dengan mengirim detektif untuk menginvestigasi jatidiri perempuan itu. Singkat kata singkat cerita, didapatlah informasi bahwa dia adalah Batsyeba dan dia adalah  istri Uriah orang Het. Tidak puas dengan info itu, Daud malah mengirim ajudan untuk menjemput Batsyeba. Batsyeba datang ke tetangganya, yang tidak lain adalah rumah raja, dan ”tidur” dengan si raja.


OK, stop sampai sini dulu! Saya ngga peduli apa penafsiran orang lain, tapi dari perspektif saya, ini jelas sexual violence berbasis jenis kelamin, berbasis kelas, berbasis minoritas, dan sangat jelas kekuasaan memegang peranan besar. Kemudian Batsyeba pulang, dan beberapa waktu kemudian menyadari bahwa dirinya hamil.  Batsyeba, melalui kurir, menyampaikan berita tsb kepada raja. Raja lalu dengan strategis memerintahkan Yoab, ”Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri daripadanya, supaya ia terbunuh mati.” (2 Samuel 11:15) Untuk selanjutnya silakan baca di Alkitab – Perjanjian Lama. Intinya, ada kekerasan seksual, power over, kelicikan, dan pembunuhan.


Ini penafsiran bebas saya (once again, saya bukan ahli music bahkan saya tidak belajar teori music)

Bait pertama lagu itu berbunyi demikian :

I’ve heard there was a secret chord
That David played and it pleased the Lord
But you don’t really care for music, do you?
It goes like this
The fourth, the fifth
The minor fall, the major lift
The baffled king composing Hallelujah


Lirik lagu ini mengingatkan saya akan lagu “Lupa-Lupa Ingat”-nya Kuburan Band (yang sepertinya sudah benar – benar almarhum sekarang). Kalau lagunya Kuburan, kan: “C, A minor, B minor, ke D, ke C lagi…”. Nah kalau di lagu Hallelujah jadi  “It goes like this: the fourth, the fifth, the minor fall, and the major lift…” yang selaras dengan chord-nya F – G – Am – F. Tapi, lebih dari itu, saya juga menafsirkannya : yang submisif mengalah dan yang dominan menguasai.


Bait keduanya seperti ini :

Your faith was strong, but you needed proof
You saw her bathing on the roof
Her beauty and the moonlight overthrew you
She tied you to a kitchen chair
She broke your throne, she cut your hair
And from your lips she drew the Hallelujah.


Keindahan lirik yang disusun oleh Cohen tampil di baris pertama dan kedua awal bait kedua ini.  Saya teringat dengan dua lagu Indonesia, Sabda Alam-nya Ismail Marzuki dan Kala Cinta Menggoda-nya Chrisye. The fundamental question, was that love or lust?


Nah, mengenai she cut your hair, itu bukan tentang salon yaa, berhubung sebelumnya udah membahas tokoh di Alkitab Perjanjian Lama, maka mau ngga mau saya mengkaitkannya dengan kisah Samson dan Delilah (tertulis di kitab Hakim-hakim pasal 16).  Memang agak ngga nyambung, antara Daud-Batsyeba dengan Samson-Delilah. Nah, adegan gunting rambut (tanpa  cuci-blow) itu, apa lagi kalau bukan sexual attraction (also known as “lust”) yang membuat si lelaki (Samson) lengah hingga rela membeberkan rahasia kekuatan dirinya kepada si jelita yang ternyata mata-mata. Apakah itu ketidak-berdayaan sang penguasa  menghadapi sang pujaan atau kelicikan sang “penggoda”?  Dan tokoh Matahari jaman prasejarah itu pun tidak lain hanya korban manipulasi dan ke-submisif-an posisinya, sebagai perempuan di masyarakat yang patriarkis. (Jiaaah, bahasa saya …. sophisticated bangetzz yah? Ha ha haaaaa)


Bait-bait lagu selanjutnya menggambarkan kegetiran dan ironi yang dideskripsikan sebagai “broken Hallelujah”. Selain bernafaskan erotisme dan politis, beberapa penyanyi dan penulis menafsirkan lagu ini sebagai lagu tentang relasi manusia, cinta, makna atau ketiadaan makna kehidupan, keputusasaan, ketidakberdayaan, kerapuhan, kemarahan, penderitaan, dan kesia-siaan. Dari berbagai versi lagu ini yang paling saya suka adalah yang dinyanyikan Alexandra Burke. Ironinya tetap mengiris, namun terkesan kuat.







Monday, August 17, 2015

JOGJA - A WAY BACK TO LOVE

Jogja is always special to me and I always feel a unique sense upon getting to Jogja. Its about friendship and love and feeling of peace. I feel like having soul connection with this city. One of the reasons is that couple of important turning points of my life was taking place here.

I was travelling to Jogja on this last week end for I have to obtain some documents to the civil registrar related to my personal particular papers. I was lived in Jogja for about 7 years and my daughter Kiki was born there as well so her birth certificate (one of the document I was about to endorse) was issued by civil registrar of Jogja.

Of course beside the main reason I also add some lovely excited and sorely missed plan to do while in Jogja, which are meet up my friends, eat local food, and visit some iconic photo spots

Kebun Buah Mangunan is one of the destination I was about to go. Having breakfast of local and authentic food of Jogja at the Pelataran Makam Seniman in traditional buffet style is also something interesting to do. Bubur Gudeg, Mendoan and sip Wedang Uwuh I was feeling truly Jogja …..

I happened to have lunch at Mangut Lele Mbah Marto in Nggeneng Village. What special about this eating place is that food served in the kitchen (don’t think of modern kitchen), a very traditional villager’s kitchen with firewood. Angkringan KR, in front of the head office of Kedaulatan Rakyat newspaper was also unique eating place we visited. Angkringan is small food stall, which are located at the side of many roads. The customers are various including street musicians. 

So, here are our pictures and if you enjoy these beautiful snapshot especially which were taken in Kebun Buah Mangunan, my hat's off to Ninik for her amazing touch. 

Jogja …..  My feet may leave but not my heart.



Special note to Mas Rachman, Ninik and Fitri ..... I know that 'thank you' is not enough to express my gratitude, from the bottom of my heart, again terima kasih dari ku & Kiki.

Sampai ketemu lagi yaaaa ----- peluk dari jauh



















MARRIAGE IS A DAILY LIFE

Before I continue writing, forgive me for the title of this post that may sounds like it understates the meaning of marriage. NO! It is not ...