Hasil berselancar di Youtube membawa saya kepada klip film
Shrek. (Just for your information, saya hanya suka nonton film yang realistic. Drama,
true story or whatever that is related to daily life, bukan film “khayal”. Science fiction atau film animasi atau film
tokoh – tokoh Marvel sama sekali bukan film favorite saya, apalagi Shrek,
kecuali Anda butuh teman menonton film film semacam itu, for the sake of
friendship, saya akan bersedia duduk (mungkin tertidur) disamping Anda selama
Anda nonton ha ha haaa …)
Klip tiba di bagian dimana putri Fiona
mengepas baju pengantin dengan ekspresi wajah tertekan. Adegan itu dilatari sebuah lagu yang dilantunkan
dengan gaya sendu diseret-seret. Kegetiran putri Fiona bertambah menusuk dengan
latar belakang lagu itu. Waktu itu saya ngga tahu liriknya. Bahasa Inggris saya
ngga kelewat jelek juga sih, tapi ketika lagu itu dibawakan secara setengah
menggumam, saya musti benar – benar pasang kuping dan menyimak, bahkan sempat
membayangkan, vokalisnya menyanyi dengan sebatang cerutu digigit di antara
geraham, yang saya tangkap hanya ada kata “Halleluya”
Naah, lagu inilah yang bikin saya “mendadak cinta” dan ingin saya
share pemikiran saya tentang itu. Biasalah, kalau lagi suka banget dengan
sesuatu saya pasti akan berusaha mencari tahu lebih dalam (alias kepo). Saya
bukan penulis lagu, bukan musician plus ngga pernah belajar musik, dan ngga
ngerti teori musik Saya hanya terbius oleh lagu ini dan menyanyikan-nya (mungkin) sudah ratusan kali (dikamar saya, tentunya)! Tapi jika Anda mau, saya akan dengan
senang hati alias girang banget menyanyikan lagu ini utk Anda. Percayalah, suara
saya ngga jelek jelek amat. Jadi, apa yang saya tulis disini adalah hasil
penelusuran saya plus penalaran a la kadarnya ditambah daya khayal saya yang kadang agak
kebablasan … ha ha haaaa
Saya terdorong untuk mencari si soundtrack dan informasinya
karena beberapa hari kemudian, lagu itu “mendadak dangdut” berdendang-dendang
sendiri di kepala saya. Dan seperti biasa, setelah menyimak (puluhan kali) di
Youtube, saya search di Wikipedia yang tentu saja “memuntahkan” informasi yang
cukup lengkap ditambah beberapa blog yang berkontribusi hingga saya mendapat
informasi (hampir lengkap) tentang lagu itu. Judul lagu itu adalah
”Hallelujah”. Penulisnya orang Kanada, Leonard Cohen, yang merilis lagu itu pada
tahun 1984. Lagu yang di film Shrek 1 merupakan cover version, dinyanyikan oleh
John Cale. Ternyata, sudah banyak artis yang membawakan lagu tersebut, baik untuk
rekaman maupun konser.
Melihat sepintas dari judulnya orang akan mengira ini lagu
rohani Kristen. Meskipun mengambil judul istilah religius, "Hallelujah" - terpujilah Tuhan - lagu ini tidak menyanyikan
tentang pujian bagi Tuhan melainkan bicara seputar hubungan percintaan antara
laki-laki dan perempuan, pengkhianatan, perselingkuhan dan perzinahan. Jadi
meskipun warna musiknya merupakan gabungan waltz dan gospel (lagu gereja pada
umumnya gereja protestant) lagu ini lebih sebagai lagu cinta ketimbang lagu
rohani.
Berbeda dengan “Hallelujah” karya George Frederic Handel (23
February 1685 – 14 April 1759) yang teramat agung, lagu Hallelujah karya Cohen
ini lebih merupakan karya satiris. Memang enak didengar, tapi sebenarnya isinya
agak-agak vulgar. Setelah membaca liriknya, alis saya kembali terangkat. Persis
seperti yang dituangkan dalam Wikipedia, lagu ini merujuk kepada kisah di Alkitab
- Perjanjian Lama untuk dijadikan simbolisasi ide lagu. Lagu ini berlandaskan
kisah raja Daud (David, in English). salah seorang penulis kitab Mazmur atau
puji-pujian untuk Allah.
Kisah lainnya yang kontroversial adalah keinginan Daud untuk –memperistri-
istri orang lain. Kalau pernah denger lagu ”Mad About You”nya Sting (”…It would
make a prison of my life, if you become another’s wife”… ). Nah, kurang lebih
seperti itulah kisah raja Daud dan kisah ini tertulis di Alkitab di 2 Samuel 11
- 12
Jadi ceritanya, pada suatu petang, raja Daud berjalan-jalan
di atap istananya. Entah bagaimana desain rumah saat itu dan berapa sih
jaraknya antara satu bangunan dengan bangunan lainnya, akan tetapi dari atap
itu, sang penguasa tersebut dapat mengintip ke rumah tetangga. Raja melihat
seorang perempuan yang sangat elok rupanya sedang mandi (jadi ingat kisah Jaka
Tarub? Ya, pelecehan semacam itu sudah ada dari dulu).
Tanpa takut dengan ancaman matanya bakal bintitan karena
ngintip, raja malah “kepo” dengan mengirim detektif untuk menginvestigasi
jatidiri perempuan itu. Singkat kata singkat cerita, didapatlah informasi bahwa
dia adalah Batsyeba dan dia adalah istri
Uriah orang Het. Tidak puas dengan info itu, Daud malah mengirim ajudan untuk
menjemput Batsyeba. Batsyeba datang ke tetangganya, yang tidak lain adalah
rumah raja, dan ”tidur” dengan si raja.
OK, stop sampai sini dulu! Saya ngga peduli apa penafsiran
orang lain, tapi dari perspektif saya, ini jelas sexual violence berbasis jenis
kelamin, berbasis kelas, berbasis minoritas, dan sangat jelas kekuasaan
memegang peranan besar. Kemudian Batsyeba pulang, dan beberapa waktu kemudian
menyadari bahwa dirinya hamil. Batsyeba,
melalui kurir, menyampaikan berita tsb kepada raja. Raja lalu dengan strategis
memerintahkan Yoab, ”Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang
paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri daripadanya, supaya ia terbunuh
mati.” (2 Samuel 11:15) Untuk selanjutnya silakan baca di Alkitab – Perjanjian Lama.
Intinya, ada kekerasan seksual, power over, kelicikan, dan pembunuhan.
Ini penafsiran bebas saya (once again, saya bukan ahli music
bahkan saya tidak belajar teori music)
Bait pertama lagu itu berbunyi demikian :
I’ve heard there was a secret chord
That David played and it pleased the Lord
But you don’t really care for music, do you?
It goes like this
The fourth, the fifth
The minor fall, the major lift
The baffled king composing Hallelujah
Lirik lagu ini mengingatkan saya akan lagu “Lupa-Lupa
Ingat”-nya Kuburan Band (yang sepertinya sudah benar – benar almarhum
sekarang). Kalau lagunya Kuburan, kan: “C, A minor, B minor, ke D, ke C lagi…”.
Nah kalau di lagu Hallelujah jadi “It
goes like this: the fourth, the fifth, the minor fall, and the major lift…” yang
selaras dengan chord-nya F – G – Am – F. Tapi, lebih dari itu, saya juga
menafsirkannya : yang submisif mengalah dan yang dominan menguasai.
Bait keduanya seperti ini :
Your faith was strong, but you needed proof
You saw her bathing on the roof
Her beauty and the moonlight overthrew you
She tied you to a kitchen chair
She broke your throne, she cut your hair
And from your lips she drew the Hallelujah.
Keindahan lirik yang disusun oleh Cohen tampil di baris
pertama dan kedua awal bait kedua ini. Saya
teringat dengan dua lagu Indonesia, Sabda Alam-nya Ismail Marzuki dan Kala
Cinta Menggoda-nya Chrisye. The fundamental question, was that love or
lust?
Nah, mengenai she cut your hair, itu bukan tentang salon yaa,
berhubung sebelumnya udah membahas tokoh di Alkitab Perjanjian Lama, maka mau
ngga mau saya mengkaitkannya dengan kisah Samson dan Delilah (tertulis di kitab
Hakim-hakim pasal 16). Memang agak ngga nyambung,
antara Daud-Batsyeba dengan Samson-Delilah. Nah, adegan gunting rambut (tanpa cuci-blow) itu, apa lagi kalau bukan sexual
attraction (also known as “lust”) yang membuat si lelaki (Samson) lengah hingga
rela membeberkan rahasia kekuatan dirinya kepada si jelita yang ternyata
mata-mata. Apakah itu ketidak-berdayaan sang penguasa menghadapi sang pujaan atau kelicikan sang
“penggoda”? Dan tokoh Matahari jaman
prasejarah itu pun tidak lain hanya korban manipulasi dan ke-submisif-an
posisinya, sebagai perempuan di masyarakat yang patriarkis. (Jiaaah, bahasa saya
…. sophisticated bangetzz yah? Ha ha haaaaa)
Bait-bait lagu selanjutnya menggambarkan kegetiran dan ironi
yang dideskripsikan sebagai “broken Hallelujah”. Selain bernafaskan erotisme
dan politis, beberapa penyanyi dan penulis menafsirkan lagu ini sebagai lagu
tentang relasi manusia, cinta, makna atau ketiadaan makna kehidupan,
keputusasaan, ketidakberdayaan, kerapuhan, kemarahan, penderitaan, dan kesia-siaan.
Dari berbagai versi lagu ini yang paling saya suka adalah yang dinyanyikan Alexandra
Burke. Ironinya tetap mengiris, namun terkesan kuat.