Kiki goes to campus -------- Ini tulisan tentang perjalanan kami ke
Jember, perjalananku dan Kiki, mengantar Kiki ke kampus dan tempat tinggalnya yang baru, at least for the next 4 years, my little princess sudah mahasiswa. Oh God, time really flies.
Setelah diterima di Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Jember melalui jalur SBMPTN, kami harus melakukan verifikasi ke kampus untuk menentukan berapa uang kuliah per semester yang harus kami bayar melalui sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal). Setelah cek jadwal verifikasi dan memenuhi kelengkapan dokumen yang diminta, kami mulai mencari sarana transportasi dan hotel, yang tentunya nyaman namun dengan harga terjangkau.
Perjalanan dimulai dengan mencari
reference transport dan hotel berharga terjangkau dan berlokasi bagus, terutama
dekat kampus Universitas Jember, mengingat kami belum pernah ke Jember dan
hanya tahu Jember dari cerita teman dan internet, maka kami putuskan untuk kesana
naik travel, supaya bisa diantar sampai alamat hotel tujuan. Puji Tuhan, travel
yang kami tumpangi cukup bagus, mobilnya well maintained, pengemudinya sopan
dan helpful, serta perjalanan kami cukup nyaman sampai tujuan.
Hotel yang kami tuju adalah hotel bintang 3***
di tengah kota, hanya berjarak 10 menit dengan mobil ke kampus Universitas
Jember. Hotel ini bersih dan nyaman, pelayanannya ramah dan professional,
fasilitas di kamar di maintained dengan baik, demikian juga ambience diluar
kamar, outdoor area yang teduh, bersih dan nyaman. {Hal ini mengobati rasa
kecewa kami dengan salah satu hotel di Malang di daerah Gajayana, yang kami
tempati waktu Kiki test SBMPTN, dimana hotelnya sangat kotor dengan kualitas pelayanan
selevel rumah singgah, sementara harga yang kami bayarkan sama dengan harga hotel
yang di Jember ini}.
Perjalanan di dalam kota dari hotel ke
kampus vice versa kami tempuh dengan taxi, hanya ada 2 armada taxi di Jember :
Jember taxi dan Perdana Taxi. Taxi taxi nya tidak sebagus di Surabaya, kondisi
mobil rata-rata tidak terawat, mobil – mobil tahun 90 kebawah, pengemudi nya
tidak well mannered, kurang sopan dan curang (nakalan). Mereka selalu mencari
kesempatan untuk menarik tarif tinggi tanpa argo (harga borongan), ada yang
tetap menyalakan argo namun minta tambahan bayaran dari harga yang sudah
tercantum di argo, entah 30% atau bahkan sampai 40%, alasannya macam – macam,
mulai dari karena harga BBM naik sampai alas an bahwa argo belum di tera ulang,
it doesn’t make any sense.
Tapi itulah kondisi per”taxi”an di Jember,
mengeluhkan (complain) ke operator pun percuma, karena sepertinya perusahaan
taxi (operator) hanya sebagai “penerima & penyalur order per telpon” dan
tidak bertanggung jawab atas tindakan pengemudi di lapangan, keluhan tidak
ditanggapi dengan professional, ada operator yang hanya menjawab dengan “tidak
tahu” atas setiap keluhan (hufft, tarik nafas panjang!, perlu kesabaran extra).
Belajar dari hal ini, mintalah selalu kepada pengemudi utk pasang argo, atau
kalau dia ngotot minta harga borongan, tetapkan di awal dengan jelas dan tegas
kemana saja tujuan kita, apakah akan diminta menunggu atau tidak, dan berapa
harga borongannya tanpa tambahan persen ini dan itu. Jangan buka celah atau
kesempatan untuk pengemudi itu mencurangi kita. Jujur saja, bukan soal berapa
uangnya, tetapi menghandle rasa kecewa dan amarah yg tidak tersalurkan ini yang
melelahkan, ha ha ha ha aaaa …….
Kami datang pagi-pagi ke Gedung Soetardjo
Universitas Jember bahkan sebelum pintu gedung ini dibuka. Tepat jam 8 pintu
utama dibuka dan hanya orang tua calon mahasiswa yang di-ijinkan masuk. Didalam
gedung ini sudah dibagi tiap section dengan tanda tulisan fakultas masing –
masing sesuai denah yang ditempel di depan pintu masuk.
Setelah duduk di deretan kursi di bawah tanda
bertuliskan Fakultas Kesehatan Masyarakat. Petugas verfikasi datang dan mulai
memanggil setiap orang tua mahasiswa sesuai urutan duduknya. Petugas dari
Universitas Jember yang mirip Peppy (Peppy, the explorer), ini sangat sabar dan
telaten menjelaskan tiap hal yang harus di verifikasi kepada setiap orang tua
mahasiswa, intinya apa yang di cantumkan mahasiswa ketika mendaftar SBMPTN
online harus cocok dengan data / dokumen yang kita serahkan. All and all,
verifikasi berjalan lancar.
Sebenarnya kami akan langsung kembali ke
Surabaya pada jam 3 sore karena kami rencakan hanya akanmenginap semalam dan belum
akan mencari kost hari itu, tetapi tiba – tiba petugas dari travel yang sudah kami
pesan utk sore itu menelpon dan mengatakan bahwa mobil akan mengantar kami ke
Surabaya dengan kondisi tanpa AC, karena kerusakan mendadak. Wow, perjalanan
yang perlu waktu lebih dari 4 jam tanpa AC? No way. Akhirnya kami putuskan utk
membatalkan dan reserve ke travel lain yang berangkat jam 10 malam, dengan
kondisi hotel harus kami extend hingga jam kami dijemput travel dan kami
manfaatkan waktu utk mencari kost (harus dapat kost) hari itu.
Setelah cek lokasi fakultas dan
memperkirakan lokasi kost ideal yang “walking distance” dari dan ke kampus, again,
puji Tuhan, kami dapatkan tempat kost tepat di depan kampus Universitas Jember,
Ibu kost nya friendly dan care, tempat kost nya bersih dan lengkap,
memberlakukan jam malam, yang terus terang saja untuk seorang Ibu seperti saya
akan merasa aman karena anak saya tidak akan keluyuran bebas, dan tetap ter-awasi.
Tidak lupa cerita tentang kuliner di
Jember, well, tidak ada yang di-klaim sebagai masakan khas Jember, semua
sama seperti di Surabaya, hanya Prol Tape dan Dodol Suwar-suwir yang menjadi
oleh-oleh khas dari Jember. Tidak ada mall besar disini, dalam arti mall
seperti yang di Surabaya, yang disebut terbesar pun lebih seperti pusat
perbelanjaan grosir, jadi mall bukan amusement point disini, yang disebut food
court pun hanya ada tidak lebih dari 3 food stalls dengan menu standard yang
very common.
Jember sangat dikenal dengan Jember
Fashion Carnaval nya. Ini upaya pemerintah memajukan sektor wisata di Jember, dan tentu saja BBJ - "Bulan Berkunjung Jember".
Saya membayangkan ketika itu semua didukung dg layanan publik yang
professional, sumber daya manusia yang ditajamkan kesadaran tourism business-nya,
kota yang tidak lagi semrawut, kesopanan ber-lalu lintas yang ditingkatkan, aah …. Perfect!
Jember tidak begitu besar, kesan secara
keseluruhan atas kota ini : semrawut, penataan kota masih acakadul, ada
beberapa tempat yg di-klaim sebagai down town, namun selain deretan toko –
toko kuno juga ada perkantoran di situ, pun perumahan warga, bahkan sekolahan.
Yeah, Kediri (kota asal saya) masih jauh lebih bersih, modern dan rapi. Iklim
di Jember cukup hangat, means panas banget di siang hari dan sangat dingin
ketika malam tiba. Warga nya kebanyakan berbahasa Jawa ‘ngoko’ atau Bahasa
Madura.
Kami kembali ke Surabaya malam itu dengan
banyak sekali cerita dan kesan tentang Jember, serta pengalaman dengan orang –
orang yang kami temui selama kami tinggal, Jember …. dimana Kiki akan kuliah
dan tinggal disini selama beberapa tahun ke depan.
Itu cerita perjalanan kami, dan kami
kembali seminggu kemudian untuk registrasi ke kampus dan belanja perlengkapan
kost Kiki. Kami kembali ke hotel yang sama, masih sama menyenangkan nya seperti
ketika kami tinggal disini minggu lalu. Kami naik taxi dari hotel – kampus vice
versa, dan masih mengalami hal yang tidak menyenangkan sehubungan dengan
per”taxi”an di Jember, ha ha ha haaa …… atau karena saya seorang hotelier dan
jadi terlalu “demanding” akan semua service yg sempurna. Ah, ngga juga!
Bukankah sebagai penjual jasa transportasi mereka juga harus deliver their
service in professional manners?
By the way, saya menyadari ada yang tidak
bisa kita ubah, atau tidak seperti yang saya inginkan, tapi saya janji pada diri
sendiri ketika nanti menemui hal – hal yang tidak menyenangkan lagi, atau yang
low standard, saya akan lebih sabar, dan tetap in joy and at peace with it.
Sekarang saya sedang menikmati legitnya
Prol Tape Jember, This is one of the good things of Jember, sambil melepaskan
amarah dan kekesalan pergi dari hati, menuliskan ini membebaskan jiwa saya …..
happy reading!