I am not a fan of K-drama, K-pop, or any K-bla bla bla .... (maáfkan saya para penggemar drama Korea yg budiman), ini drama korea pertama yg saya tonton karena TERPAKSA, ya terpaksa! Kenapa saya ngga suka drama Korea, lain kali saya cerita.
Biasanya saya dan Kiki ngobrol lama ketika kami makan malam bahkan berjam-jam (lagi) setelah itu, apalagi hari-2 ini saya lagi ada banyak waktu. Tetapi keseruan ini ter-distraksi oleh serial drama Korea yang tayang di sebuah channel TV swasta dan lebih menyita perhatian anak saya daripada obrolan kami.
Kesel? Yes! Tapi kalau saya ikuti kekesalan ini saya bakal jengkel tiap malam krn drama ini tayang tiap malam. So, Saya mulai ikut terdiam dan menonton.
(Thank God! Keputusan yg tidak akan saya sesali, ternyata Kiki lbh happy ketika saya terlibat).
Saya ngga mau sia-2kan kesempatan ini (karena pasti TIDAK akan saya ulang nonton K-drama lagi), utk mengamati jalan cerita, kasusnya, karakter tokoh, moral story, dan lain lain. Ini harus jadi "sesuatu"- saya ngga mau rugi! (again) karena saya sedang ada waktu, jadilah "pengmatan" saya tadi 7 tulisan/post di blog ini.
Yeah, there is always something good even in unpleasant situation.
(_sigh_)
The world of the married :
(I) Ji Sun Woo - Lee Tae Oh - Lee Jun Young
(II) Ko Ye Rim - Son Je Hyuk
(III) Keluarga Yeo
(IV) Min Hyun Seo - Park In Kyu
(V) Hospital team mates
(VI) Masyarakat Gosan & Ibu-2 asosiasi wanita
(VII) Lingkungan sekolah Jun Young
Okay, kita mulai yaa :)
Selingkuh itu pilihan sadar. Gak ada tuh, istilah "khilaf".
Secantik apapun, sekaya apapun, sepintar apapun, sebaik apapun, semahir apapun anda dalam pekerjaan rumah tangga, anda gak bisa menjamin pasangan anda gak akan selingkuh. Jelas, apa kurangnya Ji Sun Woo? Sebagai wanita karir yang karirnya sukses banget, udah dokter, jadi associate director pula, ia juga merupakan ibu rumah tangga yang baik. Ia masih masak, bebersih rumah, melayani suami, dan lain-lain. Superwoman banget. Tapi Lee Tae Oh tetap selingkuh. Kenapa?
Selingkuh itu gambaran inferioritas diri, kurang bersyukur, dan/atau tidak menghormati pasangannya. Menurut saya, Lee Tae Oh memiliki gejala narsisistik yang dasarnya dari inferioritas sebagai mekanisme kompensasi. Ia membutuhkan banyak validasi dari luar untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Ditambah dengan budaya toxic masculinity yang masih cukup kental di negara-negara Asia. Sedari kecil mungkin Lee Tae Oh sudah merasa inferior—ia dibesarkan oleh ibu single, yang sudah dijelaskan pada cerita bahwa janda punya stigma jelek di masyarakat Korea Selatan (dan negara-negara Asia lainnya, correct me if I'm wrong!). Ia juga kekurangan figur ayah yang membuatnya menjadi kurang percaya diri. Ditambah, pekerjaannya tidak menentu dan tidak selalu menghasilkan, jadi ia mungkin merasa gagal dalam hidupnya.
Hal ini diperparah dengan perannya yang sudah menjadi suami dan normalnya suami yang menanggung finansial keluarga, namun pada kasus keluarganya, Sun Woo lah yang menjadi tulang punggung utama keluarga. Sun Woo membiayai proyek film Tae Oh juga, kan. Tae Oh makin merasa inferior, merasa tidak punya power, dan tidak punya kontrol. Oh, memang, dari kecil Tae Oh sudah merasa tidak punya kontrol untuk mencegah ayahnya pergi. Sekarang ia merasa "dikendalikan" oleh Sun Woo. Masyarakat juga menganggapnya remeh, terbukti dengan hanya Sun Woo yang disapa saat pesta-pesta. Tae Oh merasa "gagal" sebagai pria yang harusnya lebih dominan di keluarga. Tak heran ia merasa tercekik—inferioritasnya menjadi-jadi. Ia butuh wanita yang bisa ia kendalikan dan penurut. Itulah alasannya ia memilih Yeo Da Kyung sebagai selingkuhan, karena Da Kyung jauh lebih muda, lebih bisa diatur, dan dasarnya "bucin" banget, haha ...
Kadang, selingkuh itu bukan karena tidak cinta lagi. Tapi kebutuhan ego, atau bahkan kebutuhan seksual. Tae Oh selingkuh dengan Da Kyung bukan karena ia tidak cinta Sun Woo, ia hanya merasa tercekik. Merasa tidak maskulin bagi istrinya. Karena narsisistik-nya pula, ia merasa butuh dicintai banyak orang.
Jangan pernah merasa paling mengenal pasanganmu. Orang bisa berubah dalam hitungan detik, tergantung Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Anda udah tinggal dengan pasangan selama apapun gak jamin kalau anda benar-benar mengenalnya. Bukannya harus curiga setiap saat juga sih, cuma percayalah pada insting anda ketika ada sesuatu yang dirasa gak beres.
Banyak-banyak cross-check tentang pasangan. Tanya teman, keluarga, rekan kerja, atau siapapun yang mengenal pasangan anda. Kamu mungkin dekat dengan pasangan anda, mungkin pasangan anda cerita satu dua hal penting pada anda, tapi itu tidak membuat anda paling kenal dengan dia. Percayai insting anda ketika anda merasa mulai ada yang salah, dan segera lakukan sesuatu.
Terbuka dengan pasangan masalah apapun, termasuk finansial. Tae Oh terlalu sering memanipulasi finansial keluarga, mulai dari mencairkan uang tanpa sepengetahuan Sun Woo, bahkan saat sudah bersama Da Kyung pun demikian.
Selektif memilih pasangan. Tentukan batasan-batasan dan kriteria pasangan yang anda butuhkan (categorize in Green Flags, Yellow Flags, dan Red Flags). Ketika anda menemukan Yellow Flags dalam diri pasangan, segera cross-check dan analisis lagi sebelum melangkah. Hati-hati, jangan gegabah. Pikirkan dampak ke depannya. Ketika anda menemukan Red Flags, tinggalkan tanpa babibu, terutama jika pasangan anda selingkuh dan kasar (verbal maupun fisik).
Jangan pertahankan rumah tangga demi anak atau demi hal eksternal lainnya. Yang penting: Gimana kualitas hubungan kalian? Gimana keadaan mental kalian berdua saat kalian bersama? Apakah saling menyakiti? Menurut saya, bertahan di hubungan toxic malah akan melukai anak. Anak tahu dan anak bisa merasakan. Anak tahu kalau anda tidak bahagia dengan pasangan anda. Sebagai anak yang sayang orang tua pastinya anak ingin orang tuanya bahagia. Lagipula, saat anda tidak bahagia, anda bisa aja emosi dan mempengaruhi psikologi anak anda. Keadaan rumah tangga jadi tidak stabil, tentu membuat anak bingung dan ketakutan. Prinsip saya, happy parent makes happy children.
Posisi suami dan istri di rumah tangga sebaiknya setara. Suami memang pemimpin, tapi pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mendengarkan aspirasi orang yang dipimpinnya, dalam hal ini istri dan anak. Selalu diskusikan keputusan apapun yang ingin diambil.
Punya lebih banyak uang ngga semerta-merta membuat seseorang jadi dominan. Tae Oh sepertinya merasa Sun Woo dominan karena pekerjaan dan uangnya lebih baik dan bagus dari dirinya, padahal Sun Woo nggak pernah merendahkan Tae Oh sekalipun. Jadi, sebenarnya, istilah dominan dan inferior menurut saya hanyalah bentuk dari ketidakpercayaan diri.
Perceraian itu berantakan. Ribet. Ada harta gono-gini, hak asuh anak, dll. Korbannya? Tentu anak. Anak dari org tua yang bercerai cenderung menyalahkan diri sendiri, dipikirnya orang tuanya bercerai karena dirinya. Belum lagi konflik batin karena kekurangan kasih sayang orang tuanya yang sekarang terpecah. Diperparah dengan pasangan baru orang tuanya, anak juga dipaksa harus menerima keadaan. Semua ini terlalu membingungkan untuk anak.
Komunikasi dua arah itu penting. Sama siapapun. Termasuk anak yang anda pikir tidak tahu apa-apa. Anak juga manusia, ia punya cara pikir sendiri, punya perasaan sendiri. Tanya pada anak anda apa yang dia rasakan tiap harinya. Tanyakan keinginannya. Diskusikan, dan buang ego anda sebagai orang tua. Ganti mindset harapanmu pada anak menjadi "Yang penting anak saya bahagia, asal ia ada di jalan yang tepat". Tugas orang tua hanya mengarahkan, bukan mengatur.
Ini saya petik dari cara komunikasi Sun Woo ke anaknya, Joon Young yang terkesan satu arah, tipikal Asian parent yang penginnya anak cuma belajar, belajar, belajar. Sun Woo juga tidak menanyakan perasaan anaknya ketika memutuskan sesuatu. Saya tahu apa yang diputuskan Sun Woo mungkin yang dia anggap terbaik untuk keluarganya, tapi dia lupa ada orang yang mungkin terdampak dan juga memiliki suara. Disaat semua orang kesal dengan Joon Young, saya kasihan. Dia ini korban, walau saya tidak membenarkan juga apa yang dilakukan Joon Young yang sering kurang ajar.
Belajarlah jujur pada perasaan sendiri dan terbuka tentangnya. Sun Woo adalah wanita tegar dan kuat, semua masalah dapat ia hadapi. Tapi ia sangat mengunci rapat perasaannya, tidak mau berbagi pada orang lain, termasuk anaknya. Padahal, bicara dari hati ke hati juga penting. Walaupun tetap harus dibatasi mana yang harus anak tau. Selain itu, minta tolong ketika butuh bantuan. Kadang kita tidak bisa menghadapi semuanya sendirian. Inilah yang memicu perilaku alkoholic Sun Woo.
Seorang ibu akan mati-matian membela anaknya. Hal ini benar dalam kasus Sun Woo yang mati-matian membela anaknya dalam keadaan apapun. Tapi masalahnya, keputusan yang diambil Sun Woo kadang bertentangan dengan keinginan Joon Young, sehingga Joon Young merasa sering tidak dipahami dan tidak memiliki kedekatan emosional dengan Sun Woo dibandingkan dengan Tae Oh. Walau Tae Oh bukan ayah dan suami yang baik, ia paling mengerti keinginan Joon Young dulu.
Anak tidak hanya butuh materi, tapi butuh cinta dan kasih sayang. Sun Woo sebenarnya memberikan semua itu, tapi ia lupa kalau anaknya butuh waktu bersamanya dan butuh didengarkan keinginannya. Menurut pengamatan saya, Sun Woo terlalu mendikte Joon Young masalah akademis, walau maksudnya baik. Sun Woo juga egois ketika ia berusaha mempertahankan pekerjaannya yang menyita waktu—alasannya agar Joon Young hidup dengan layak. Padahal, semua orang tahu kalau pasien Sun Woo banyak dan walaupun ia tidak jadi direktur ia bisa tetap berpenghasilan banyak. Ini ada campur tangan ego Sun Woo yang tidak ingin kedudukannya dijatuhkan.
Kenali anak anda dengan baik. Ajak bicara, ajak tukar pikiran. Jangan hidup dengan pemikiran anda sendiri yang percaya bahwa anak saya pasti baik. Anak juga bisa salah, itulah tugas orang tua untuk meluruskannya. Ketika anak menyembunyikan banyak hal dan tidak bercerita apapun pada orang tua, menurut saya, parenting-nya gagal. Orang tua dianggap tidak bisa menjadi tempat aman untuknya bercerita. Jangan terlalu banyak menceramahi anak. (saya sedang mengingatkan diri saya sendiri).